Berita Utama

Sasaran Luas Tanam Kabupaten Merauke Musim Tanam 2018/2019 dan Musim Tanam 2019 Dimusyawarahkan

 

Dinas Pertanian Kabupaten Merauke, Papua, menyelenggrakan musyawarah sasaran luas tanam Kabupaten Merauke musim tanak 2018/2019 dan musim tanam 2019. Menghadirkan semua penyuluh tani, kepala distrik  dan pihak terkait lainnya guna rencana menyusun sasaran luas tanam dimaksud.
 
"Dengan musyawarah ini kita akan menetapkan target masing-masing komoditi per distrik dan per kampung. Terutama luas tanam, panen dan produksi. Kemudian, persiapan musim tanam tahun ini periode Oktober sampai Maret," jelas Kepala Dinas Pertanian Merauke, Edi Santoso di Aula Bellafiesta, Kamis (13/09).
 
Pembahansan mulai dari persiapan sarana pendukung, antara lain kesiapan pupuk, waktu mulai olah tanah dan waktu penanaman. Luas tanam keseluruhan 2019 target sementara adalah 57.000 hektar bertambah 1000 hektar dari target tanam 2018 yakni 56.000. Sehingga dari kesiapan alat atau mesin pertanian, irigasi, pupuk dan benih untuk mendukung musim tanam 2019 sangat diprioritaskan.
 
"Target kseluruhan 2019 nanti 57.000 hektar, diaharapkan dalam kesepakatan bisa lebih dari target sementara yang tentunya ada dukungan dari semua lintas sektor dalam rangka mendukung produksi, produktivitas dan hasil panen," ucap Edi.
 
Dinas Pertanian Merauke telah mempersiapkan 12 kelompok penangkal benih dan 12 kelompok mandiri benih. Sehingga untuk dua tahun ini kebutuhan benih di Merauke tercukupi. Lanjut dia, masalah di lapangan yang selalu terjadi,  pertama, adalah masalah pupuk. Penambahan luas tanam meningkat pula kebutuhan pupuk.
 
Di Kabupaten Merauke, penghitungan kebutuhan pupuk dilakukan per musim tanam, sehingga alokasi pupuk oleh pemerintah Provinsi untuk Merauke dihitung per musim tanam.
 
Masalah kedua,  peralatan alsintan, bertambahnya luas tanam belum sejalan dengan jumlah alsintan yang tersedia. Untuk itu, dalam musyawarah ini akan membahas dan merencanakan alsintan yang sudah ada dioptimalkan, dilihat dari waktunya olah tanam dan dapat dipakai secara bergantian.
 
Keempat, masalah air, dibutuhkan sarana prasarana pendukung dalam hal pengairan. Dinas Pertanian terus berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Papua dan PU agar saluran irigasi lebih memadai. Dinas sendiri terus melakukan penambahan atau pengadaan mesin pompa atau pengisap air dari saluran primer atau saluran sekunder. 
 
"Sarana ini berkaitan dengan jaminan kebutuhan air pada tanam musim gadu. Jangan sampai di tengah-tengah gagal panen karena kebutuhan air tidak tercukupi."
 
Musim tanam gadu, relatif belum jadi persoalan karena di beberapa tempat air asin naik pada saat bulan September. Oleh karena itu, Dinas Pertanian menginstruksikan kepada petani untuk menanam padi lebih cepat begitu setelah panen tanam pertama segera tanam yang kedua. " Sedangkan untuk tanam yang ketiga, kami rekomendasi untuk menanam jagung karena tidak terlalu membutuhkan air."
 
Ia harapkan, kedepannya semua lahan dioptimalkan, yang sejauh ini hanya bisa sekali tanam selanjutnya akan bisa dua kali tanam.
 
Dari sisi pengemban padi organik, hasilnya cukup memuaskan karena banyak lahan baru yang masih subur, dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga murni produk organik.
 
Pengambangan padi organik di Merauke nampak para petani lokal sangat serius dan antusias. Adapun kendalanya, menyangkut infrastruktur di sawah lokal masih sangat minim, saluran masih terbatas dan peralatan tani dalam memudahkan pengolahan lahan.
 
Kemudian, menyangkut pemasaran, hingga kini,  Merauke belum mampu menembus pasar di wilayah Indonesia Barat. Alasannya karena beras organik Merauke belum tesertifikasi. Sementara prosesnya sedang dilakukan agar beras organik Merauke mendapatkan legalitas dan diakui.
 
"Luas lahan padi organik keseluruhan yang tersebar di kampung-kampung lokal mencapai 3800 hektar. Hasil panen padi organik terhitung mencapai 6000 ton.  Ini menandakan Kabupaten Merauke sangat potensi untuk produksi beras organik."