Berita Umum

Masalah Steven Diselesaikan Melalui Ritual Perdamaian Secara Adat

Guna menyelesaikan kasus tindak kekerasan yang dilakukan Anggota Lanud J.A. Dimara Merauke terhadap Steven pria tunawicara belum lama ini, Komandan Lanud J.A Dimara Kolonel (Pnb) Agustinus Gogot Winardi, S.T bersama Lembaga Masyarakat Adat (LMA), tokoh masyarakat, tokoh adat dan perwakilan pemerintah daerah serta perwakilan masyarakat Malind Anim melakukan ritual perdamaian secara adat. 

 

Ritual adat dilaksankan di Lanud DMA, diawali dengan pengumpulan makanan yang merupakan totem dari tujuh marga, yakni kelapa, pisang, tebu, wati, ubi, pinang dan sagu. Beragam makanan yang disebut totem tersebut dipasang pada tiang pancang lalu dari tiang yang sama, diambil kelapa dan sagu kemudian diserahkan kepada Danlanud DMA. 

 

"Kami di wilayah adat Anim Ha Suku Malind Anim, kami punya cara menyelesaikan masalah seperti ini. Kalau belum lakukan ritual seperti ini berarti masalah belum selesai. Ini merupakan puncak dari masalah dan kami menyatakan pintu maaf telah terbuka dan semua sudah selesai," ucap Wakil Ketua LMA Kabupaten Merauke, Yohanes Mahuze, Sabtu (14/08) dalam ritual sakral yang dipimpinnya.

 

Selanjutnya, sambil memikul kelapa dan sagu, Danlanud DMA memegang tiang pancang atau tiang pendamaian sembari menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membukakan pintu maaf dan berniat untuk menyelesaikan persolan dengan berdamai secara adat.

 

"Kami atas nama TNI AU, dalam hal ini Lanud Johanes Abraham Dimara mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, karena kami telah diberikan kesempatan melalui ritual adat ini untuk menyelesaikan masalah. Mewakili seluruh warga Lanud Johanes Abraham Dimara, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya," ungkap Danlanud. 

Usai itu, dilanjutkan dengan ritual bunuh babi sesuai dengan tradisi Suku Malind Anim, disaksikan semua pihak yang turut dalam ritual perdamaian tersebut. Mewakili pemerintah daerah setempat, Wakil Bupati Merauke, H. Riduwan berharap kejadian yang sama tidak boleh terulang kembali di seluruh instandi atau lembaga. 

 

"Ritual yang dilakukan menjadi bukti bahwa masalah sudah selesai," pungkasnya. 

 

Kesempatan berikut, Tokoh Masyarakat Malind Anim, Johanes Gluba Gebze (JGG) mengutarakan bahwa ritual mengumpulkan totem ini menggambarkan bahwa yang berdamai bukan hanya oknum yang berkaitan tetapi seluruh marga dengan symbol-symbolnya. 

 

Dikatakan, sebagai tuan rumah selalu berusaha menjadikan rumah damai yang datang melalui ucapan dan suara sejuk yang diucapkan. Dan ritual damai ini adalah cara untuk membersihkan duri, bara api dan membersihkan pikiran, hati serta mulut supaya tidak berkata kotor, tidak menghujat dan mengusik apapun karena mulut. 

 

Pria yang terkenal dengan sapaan JGG ini mengajak seluruh pihak untuk berperan menjadi agen perdamaian, serta berharap melalui ritual perdamaian ini tidak akan lagi terjadi kasus yang sama.  

 

"Semoga acara ini membawa hikmah untuk seluruh aparat, untuk seluruh manusia, jadilah pengayom bagi masyarakat dan pembawa damai dalam hidup kita," tutupnya. (Get)