Kurang lebih dua tahun, teh celup sarang semut mulai diporoduksi di Kampung Wasur Merauke, Papua didampingi oleh Tim Pengabdian Dosen Universitas Musamus (UNMUS) Merauke.
Bahan dasarnya berupa sarang semut murni, dicampur dengan kembang melati kering sebagai penetral rasa lalu diblender. Satu bungkus dijual seharga Rp 25.000.
"Kami sudah melakukan pendamping sejak tahun 2020. Satu kelompok menganggotakan murni masyarakat asli Papua Kampung Wasur, kerja sama dengan Balai Taman Nasional Wasur," ujar Dosen UNMUS selaku Ketua Tim Pengabdian, Candra Agus Wahyudi di Merauke.
Pihaknya masih melakukan uji laboratorium untuk mengklim khasiat teh celup sarang semut tersebut. Sekaligis untuk mendapatkan ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang kini sementara diurus.
Semabil menunggu, sementara masih memakai Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) atau disingkat sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) sehingga produk teh celup sarang semut bisa dijual.
"Balai POM mengijinkan kita melakukan pengedaran produk tanpa melakukan uji lab, tapi kita tidak mengklaim khasiatnya, jadi itu masuk kategori pangan, dengan IRT sudah bisa," terang Candra.
Ia menyebut, produk yang sudah terjual sudah mencapai kurang lebih dua ribu bungkus lebih. Bahkan, sudah banyak pihak yang pesan dari luar Merauke tapi dibatasi jumlahnya, sembari menunggu ijin edar dari Balai POM.
Selain itu, teh celup sarang semut juga disiapkan untuk pelaksanaan PON XX Papua di Merauke. Total yang disiapkan sekitar 1000 kantong lebih. Momen PON sekaligus lebih mempromosikan produk pangan lokal kepada tamu yang datang dari berbagai daerah Indonesia. (Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada