Berita Utama

Penyuling Kayu Putih Minta Pemerintah Perhatikan Nilai Jual dan Pemasarannya

 

Pemerintah diminta memperhatikan nilai jual dan pemasaran minyak kayu putih yang disuling oleh masyarakat Distrik Sota dan Merauke pada umumnya. Rendahnya harga jual terhadap hasil sulingan yang tidak sesuai sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
 
Nikodemus Ndiken salah satu warga Distrik Sota yang adalah penyuling minyak kayu putih menyebutkan, jika dilihat dari pengumpulan bahan berupa daun kayu putih, kayu bakar, air dalam jumlah yang banyak serta proses berlangsungnya penyulingan, membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup.
 
"Dalam sekali suling 130 kg daun kayu putih yang dibutuhkan, penyulingan bisa 9-12 jam dan hasinya hanya 2 setengah liter minyak. Dijual ke masyarakat dengan harga 150 ribu rupiah. Itu pun untungnya hanya 20 ribu per liter," jelas Nikodemus di Sota, Rabu (08/08).
 
Katanya, minyak yang dijualnya dengan harga tersebut diatas diecer lagi oleh mama-mama Papua dengan harga yang variatif. Sebelumnya, lanjut dia, kegiatan penyulingan dilakukan dalam satu kelompok yang beranggotakan 30 orang. Namun, keuntungan yang tidak seberapa itu membuat satu per satu anggota berhenti menyuling.
 
"Peralatan masak memang dibantu oleh Bidang Perindustrian Dinas Perindagkop Kabupaten Merauke. Namun kita kesulitan pemasaran minyak dan harga jualnya. Sehingga saat ini tinggal saya sendiri yang masih bertahan," pungkasnya.
 
Ia berharap persoalan ini segera ditanggapi pemerintah daerah, supaya setiap bantuan yang diberikan pemerintah dan hasil perindustrian yang dilakukan masyarakat dapat bermanfaat dan mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam arti bantuan yang diberikan tidak mubazir karena hanya sebagian kecil yang dapat memanfaatkannya.