Merauke - Meski sudah mengajukan surat pengunduran diri di usia yang tidak muda lagi, Uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC masih diminta jalani tugas penggembalaannya selama 2 tahun ke depan.
Demikian informasi ini disampaikan Uskup Mandagi dalam homili perayaan peringati Injil Masuk ke Papua Selatan tanggal 14 Agustus 2024 di Taman Hati Kudus Yesus Bandara Mopah Merauke.
Ia mengatakan, surat pengajuan pengunduran diri telah ditujukan ke pimpinan Agama Katolik Dunia yakni Paus Fransiskus tanggal 2 Mei 2024, namun pengajuannya itu mendapat pertimbangan dari Paus Fransiskus karena semangat apostolik dan pelayanan Mgr. Mandagi yang sangat baik dan murah hati maka diputuskan Uskup Mandagi melanjutkan kepemimpinan selama dua tahun ke depan.
Bahkan dalam surat Paus Fransiskus menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada Uskup Mandagi atas dedikasi dengan kemurahan hati kepada kawanan domba Kristus di Papua Selatan dan Paus Fransiskus mendoakan umur panjang menyertai Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC.
"Maka bersabarlah kalian yang sudah merindukan kehadiran uskup baru," ujar canda Mgr. Mandagi di hadapan ribuan umat Katolik yang menghadiri misa syukur tersebut.
Kesempatan itu Uskup Mandagi menyampaikan banyak ajakan kepada umatnya, pertama, beriman dan percaya kepada Allah dan berbelarasa yang diwujudkan dengan persaudaraan, cinta kasih tanpa ada pembedaan. Hindari permusuhan, jauhi keinginan seks bebas, mabuk, korupsi atau kekerasan dalam rumah tangga maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Satu hal yang ditegaskan juga adalah perlunya saling menegur atau mengingatkan satu sama lain jika ada yang berbuat salah atau dosa. "Jadi saudara-saudara kita perlu saling menegur, melihat saudara kita yang berbuat tidak benar, jangan biarkan, tidak peduli dia dari mana. Sebab Tuhan akan meminta bertanggung jawaban dari kita," pungkasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pendewasaan gereja tentu membutuhkan uskup, imam untuk mengajar mengenai norma-norma kedewasaan gereja.
"Betapa penting adanya imam-imam tetapi bukan ditentukan imam lokal atau imam non Papua, tetapi ditentukan oleh imam yang terbaik bukan imam yang berkeliaran tiada ketertiban hidup karena itu merusak keuskupan. Imam yang baik ialah dekat dengan Tuhan, dekat dan taat sama uskup, dekat dengan sesama imam dan dekat dengan umat," urainya.
Terakhir, umat Katolik diingatkan menjaga keberlangsungan alam dengan tidak merusaknya. Kekayaan alam dikelola secara baik sehingga dapat dinikmati generasi penerus.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada