Presiden Indonesia American Society of Academics (IASA), Herry Utomo mengatakan, meluluskan siswa asal-asalan akan menghancurkan masa depan siswa itu sendiri.
Menurutnya, membiarkan kondisi ini terjadi pada generasi bangsa di Papua, adalah cara yang salah. Menerapkan kebiasaan keliru, justru akan menghancurkan masa depan generasi bangsa.
“Hentikan kebiasaan anak yang datang saat mau ujian, lalu dikasi lulus 100 persen. Tanpa belajar dan tidak punya kemampuan,” kata Herry Utomo di Merauke, Papua, Rabu (14/02).
Katanya, menghilangkan standar yang kurang baik dalam pendidikan adalah solusi. Mendidik anak muda, perlu ada ketegasan, karena generasi muda lebih banyak dari mereka yang ingin dengan gampang mendapat apa yang diinginkannya.
“Ini terjadi pembiaran. Hancur nanti kita punya generasi. Ini sama dengan korupsi karena moralnya sudah tidak ada,” ucapnya.
Chairman IASA, Edward Wanandi mengatakan, pihaknya akan membantu mendampingi para guru dan pengasuh asrama SMA Satu Atap (Satap) Terintegrasi Wasur, Kabupaten Merauke.
“Ini agar semua memberikan bekal yang ekstra kepada anak, melahirkan sesuatu membuat anak senang, nyaman dan tidak jadi beban,” kata Edward Wanandi.
Katanya, siswa tidak dibiarkan dengan gampang, tanpa belajar asal dapat ijazah. Mereka harus terbiasa melalui proses dan tahapan yang sebenarnya.
“Jangan biarkan kecintaan kita sesaat atau kekecewaan kita permanen. Mencintai orang Papua berarti berikan mereka bekal terbaik,” ujarnya.
Kepala Sekolah SMA Satap Wasur, Merauke, Sergius Womsiwor mengatakan, akan melaksanakan apa yang direkomendasikan IASA dalam pengembangan sekolah berpola asrama di sekolah yang ia pimpin.
“Anak yang tidak mau tinggal di asrama tidak bisa ikut program ini. Hanya yang tinggal di asrama yang boleh ikut,” ucap Sergius.
0 Komentar
Komentar tidak ada