Merauke - Kemetrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bekerjasama dengan Anggota Komisi IV DPR RI H. Sulaeman L. Hamzah Dapil Papua menyelenggarakan sosialisasi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Domestik di Kabupaten Merauke.
Kegiatan ini diikuti oleh peserta yang berasal dari pengurus mesjid dan perwakilan masyarakat Wasur. Pilihan peserta sosialisasi ini berdasarkan hasil survey Kementriam LHK dan Anggota DPR RI H Sulaeman sebelumnya, yakni memilih daerah Wasur untuk mendapatkan bantuan paket berupa bangunan IPAL dan MCK (mandi, cuci, kakus) di Masjid Al-Muminum Wasur yang kini pengerjaannya sudah 81 persen.
Kasubdit Pengendalian Pencemaran Air Limbah Domestik, Ir. Noor Rachmaniah mengatakan, sosialisasi yang dilakukan ini guna memberikan pemahaman kepada peserta bahwa air limbah rumah tangga yang dihasilkan harus diolah sebelum dibuang di sekitar lingkungan, atau dibuang ke sungai maupun drainase.
"Kita coba untuk memberikan satu percontohan cara mengolah air limbah di Mesjid Al-Muminum Wasur. IPAL dicor untuk menampung limbahnya, sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan polusi udara," terang Noor, Selasa (26/10) di Halogen Hotel Merauke.
Ir. Noor Rachmaniah menambahkan, untuk di Papua, Kementrian LHK sudah membangun IPAL dan MCK di beberapa wilayah, dengan lokasi pilihan lebih pada sekolah dan tempat peribadatan. Harapannya paling tidak masyarakat akan mengenal, memahami dan peduli untuk mengolah air limbah yang dihasilkan mulai dari rumah tangga dan fasilitas umum.
Sosialisasi IPAL di Merauke. Foto-Getty
Selain limbah yang berasal dari MCK, sampah-sampah organik yang berasal dari sayuran dan sejenisnya turut diperkenalkan cara pemanfaatannya, sehingga tidak dibuang begitu saja. Caranya, sampah organik dikumpulkan untuk dijadikan pupuk organik.
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi NasDem Dapil Papua, H. Sulaeman L Hamzah mengaku, kegiatan sosialisasi IPAL baru perdana dilakukan di Merauke selama ia menjabat di Senayan. Perintah UU sudah lama terkait banyak hal yang jadi perhatian di masa depan, terutama antisipasi kemajuan daerah. Menurutnya perlu ada terobosan baru dari pemerintah, sebab akhir-akhir ini publik bahkan dunia menyoroti maslah lingkungan hidup. Di antaranya, kebakaran hutan, air limbah tercemar, dan limbah pabrik.
"Penting kelolah limba-limbah yang ada khususnya dari rumah tangga. Selain itu limbah pabrik, dan limbah perusahaan harus jadi perhatian serius," ujar Sulaeman Hamzah.
Berdasarkan pengamatannya, di Merauke masih ada daerah yang sangat kumuh. Untuk itu, penting adanya perhatian pemerintahan yang paling bawah yaitu lurah, RT, RW untuk mengarahkan warganya, sehingga terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Kadis Lingkungan Hidup, Hja Harmini, menilai IPAL sangat penting dan menjadi perhatian masyarakat, pemilik rumah makan, warung maupun hotel di Merauke. Sebab, semua kegiatan tentu menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah kamar mandi, sehingga hotel-hotel harus tersedia IPAL. "Kalau tidak ada maka konsekuensinya cemari lingkungan," ucap Harmini.
Sangat diharapkannya mulai dari tingkat rumah tangga bisa menjadi pelopor pengolahan limbah. Sebab resiko limbah yang tidak diolah akan menimbulkan bakteri dan timbulnya penyakit tipes, kolera dan disentri. Dengan adanya IPAL, air limbah juga bisa digunakan untuk menyiram menghilangkan debu sekitar tempat tinggal. "Ilmu pelatihan hari ini harus dimanfaatkan dan diwujudkan di lingkungan kita," sambung Harmini.
Sementara Ketua DPRD Merauke, Benny Latumahina menyampaikan perkembangan kota terus terjadi dilihat dari bertambah banyaknya rumah makan, hotel dan perumahan yang berpotensi masalah dalam pengolahan limbah. Menurutnya, perlu fungsi kontrol dari pihak terkait, agar limbahnya tidak mencemari lingkungan.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada