Merauke - Tokoh Masyarakat Selatan Papua Johanes Gluba Gebze (JGG) menyuarakan agar penanganan masalah limbah kotoran ternak ayam di PT. Harvest Pulus Papua yang dilakukan pemerintah harus dengan solusi yang bijaksana alias tidak sepihak.
"Karena harapan kita Provinsi Papua Selatan sudah mulai datang. Otonomi itu bicara soal landasan kemandirian. Salah satu yang kemarin-kemarin kita belum mandiri itu telur dan kita datangkan dari Surabaya. Kalau sudah ada pioner yang membuat kita mandiri kenapa kita tidak pelihara sebagai asset," ujar JGG kepada wartawan di Merauke, Selasa (15/2/2022).
Hal ini disampikannya setelah mengetahui kesepakatan sejumlah OPD, Kepala Distrik Semangga dan Bamuskam bersama Kepala Kampung Marga Mulya di Kantor Bupati Merauke Senin (14/2/2022) dengan dua rekomendasi keputusan yakni aktivitas PT. Harvest Pulus Papua dihentikan atau dipindahkan karena dianggap tidak mampu kelola limbah kotoran ayam.
Menurutnya, perlu dilakukan kajian secara holistik, membicarakan dari hati ke hati. Pemerintah hadir bukan untuk menghukum tetapi memberikan ruang untuk bertumbuh dan berkembang. "Kenapa, kelola Indonesia Raya itu kelola kemajemukan tidak ada bicara hukum mayoritas, yang dibicarakan itu adalah keseimbangan dan kebhinekaan. Ketika kita berada dalam ruang nasional kita bicara satu untuk semua," tegasnya.
Selaku tokoh masyarakat sekaligus tuan rumah, JGG mengajak semua pihak jangan saling menyikut atau menjatuhkan. Melainkan sama-sama bertumbuh dan carikan solusi yang semimbang. Sebab, sebagai tuan rumah, orang Marind sudah memberi ruang untuk segala kamajemukan usaha bertumbuh dan berkembang.
"Kenapa kearifan besar di atas tanah dari kami Marind Marga Oabalek itu harus diusik dan dibatalkan. Kami dapat tanah itu bukan dari kekuasaan, tapi dapat anugerah vertikal dari Tuhan Allah. Tidak yang bisa membatalkan anugerah vertikal," ungkapnya lagi.
Pertemuan SKPD terkait bersama para pihak yang menghasilkan rekomendasi kepada PT. Harvest Pulus Papua.
Dia juga mempertanyakan kenapa industri petelur lain sekitar tidak diusik malah hanya membidik PT. Harvest saja. Menurutnya Kompetisi boleh saja tapi jangan memanfaatkan pihak tertentu untuk menggusur yang lain, itu bukanlah tindakan yang bijaksana.
"Saya harap selaku tokoh tuan ruma dengan Motto Izakod Bekai Izakod Kai menyongsong Provinsi Papua Selatan, tidak ada kata lain kita harus mulai bersiap. Di aspek petelur harus mandiri, kita harus swasembada telur sebelum provinsi datang. Itu menjadi salah satu indikator bahwa kita sudah siap," tambahnya.
Dia menyebut, PT. Harvest Pulus Papua merupakan mitra pertama, sedangkan yang lain hanya membonceng keberhasilan dari Harvest.
"Mari kita saling mendukung, memberi ruang karena usaha manusia itu bukan usaha malaikat yang maha sempurna. Usaha manusia ada kelemahan kodrati. Makanya ada aspek teknis dari dinas masing-masing, silakan mengawal semua mitra ini dengan baik, dan solusi yang bisa dibackup," pungkas dia.
"Tugas kita dari perangkat daerah adalah membackup mitra kita, bukan hadir untuk menghukum. Sebab apa, satu cerita kegagalan yang diusik, itu akan menjadi cerita nasional dan orang tidak mau investasi di Merauke. Jadi harus dipertimbangkan baik," tandasnya.
Lanjut kata JGG, sebagai pejabat negara, bukan pejabat dari satu unsur tetapi mengurus semua warga nusantara dengan memberi ruang dan dukungan agar semua bertumbuh dan berkembang, maju bersama.
"Kami sebagai tuan rumah yang baik terima siapa saja kalau mau kerja yang baik. Kita lebih senang kita berteman dengan orang baik yang bekerja untuk kemajuan daerah ini," tutupnya.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada