Akhir 2018, trand kasus asusila terhadap anak hingga Maret 2019, ada lima kasus asusila yang diadukan ke Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Merauke. Satu diantaranya kasus percobaan pemerkosaan terhadap anak dibawah umur, setelah didampingi LPA melalui jalur hukum, akhirnya pelakunya divonis 13 tahun di penjara. 

 

Dua kasus lain, satu diantaranya sementara dalam proses persidangan, sedangkan satunya lagi masih dalam proses penyelidikan pihak kepolisian. Kemudian, dua kasus berikut diselesaikan secara kekeluargaan dan satu kasus lagi diselesaikan dengan pembayaran denda.

 

Anggota Bagian Assessment (Respon Kasus) LPA Merauke, Wilhelmina Weliken mengatakan, dalam kasus seperti ini, peran orangtua sangat penting dalam membangun komunikasi yang baik dengan anak-anak serta mengkawal semua aktivitas anak. Selain itu, jangan cepat percaya sama seseorang karena dianggap baik. 

 

"Sebab, berdasarkan laporan dari Kasus asusila yang terjadi, pelaku dan korban bukan orang jauh tetapi mereka sudah saling kenal dan dekat. Bahkan ada yang dilakukan di dalam rumah korban sendiri," jelasnya, Selasa (02/04/2019).

 

Hal penting yang patut diingat orangtua adalah anak diajarkan bagaimana mereka bisa bertanggungjawab dalam menggunakan atau pemakaian alat komunikasi seperti Handphone android. Sebab, penyalahgunaan dan penggunaan yang berlebihan, tidak terkontrol telah membuat banyak generasi mudah jatuh dalam perbuatan dan keinginan yang merusak masa depan.

 

Oleh sebab itu, berkaitan dengan masalah anak dan perempuan, harus ditangani secara baik bukan hanya dari sisi hukum tetapi dari sisi psikologis yang juga harus dipulihkan.

 

"Sehingga mengembalikan  kondisi mentalnya dan mereka merasa ada penghargaan terhadap diri mereka sendiri, dan berpikir positif kedepannya," tambahnya.

 

Wilhelmina Weliken atau yang akrab disapa Winona saat ini sebagai calon anggota legislatif DPRD Merauke berharap peran pemerintah untuk menangani dengan cepat setiap masalah yang terjadi pada anak dan perempuan.(geet)