Merauke - WWF Indonesia bekerjasama dengan Universitas Musamus dan Pemkab Merauke menyelenggarakan Media dan Komunity Gathering dalam rangka memperkuat dan meningkatkan kemitraan pihak terkait tersebut dengan WWF Indonesia.
Acara ini menjadi tempat strategis untuk berbagi informasi terkini yang berharga mengenai program konservasi yang sedang berjalan, sekaligus memfasilitasi diskusi seputar berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi WWF Indonesia dalam misinya untuk menjaga lingkungan di seluruh kepulauan Indonesia.
Jeni Karay S.Ikom., M.Kom selaku Coordinator Learning Center and Communication Yayasan WWF Indonesia - Program Papua mengatakan sangat penting bagi media lokal dan nasional untuk berpartisipasi aktif dalam kampanye dan publikasi yang menyoroti berbagai isu terkait pelestarian dan konservasi lingkungan, khususnya di wilayah Tanah Papua yang memiliki nilai ekologis penting.
Pertemuan ini diharapkan akan mencapai empat tujuan yakni:
1. Meningkatkan pemahaman media mengenai Program World Wildlife and Fund di Tanah Papua
2. Memperkenalkan program Global Methane Hub (GMH) yang sedang dikerjakan di Papua Selatan.
3. Memperkuat hubungan dengan media massa, komunitas lokal dan influencer sebagai mitra strategis dalam penyebaran informasi, promosi pembelajaran, edukasi dan kampanye terkait 100 Hari Merauke Bebas Sampah.
4. Memberikan pemahaman terkait isu lingkungan, perubahan iklim, solusi lokal berbasis alam dan atau pengelolaan sampah serta meningkatkan eksposur publik terhadap kampanye pengelolaan sampah melalui pemberitaan media, komunitas dan influencer.
WWF Indonesia juga menyambut positif kampanye dari Bupati dan wakil bupati Merauke tentang 100 hari Merauke bebas sampah. Jeny menambahkan, sejauh ini masyarakat masih konsentrasi pada sampah plastik dan mengabaikan sampah sisa dan susut pangan yang dapat diolah menjadi pakan ternak.
Untuk itu, WWF Indonesia membuka peluang dan kesempatan dengan semua pihak untuk berkolaborasi agar isu tentang sampah bisa lebih dipahami, terutama sampah dalam sistem ekonomi sirkular dapat menghasilkan uang. Ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah berarti mengubah paradigma dari "ambil-buat-buang" menjadi sistem di mana material dan sumber daya tetap beredar dalam ekonomi, bukan menjadi limbah. Ini dilakukan melalui praktik seperti pengurangan, penggunaan kembali, perbaikan, dan daur ulang sampah.
Penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi limbah, memaksimalkan penggunaan sumber daya, dan menciptakan sistem yang lebih berkelanjutan. Sementara sisa dan susut pangan bisa dijadikan pakan hewan dengan harga ekonomis.
"Acara hari ini WWF bisa memetakan komunitas dan media yang bisa membantu untuk menggaungkan isu lingkungan kepada masyarakat luas," ujar Jany di Universitas Musamus, Kamis, (24/4/2025).
WWF Indonesia menghadirkan 6 pemateri yaitu,
1. Bernadus Ronald Tethool-Pengenalan Yayasan WWF Indonesua & Pengantar tata cara advokasi (Online)
2. Dony Kristiawan Pengolahan sampah organik dan anorganik
3. Pemerintah Kabupaten Merauke (TBC)
4. DLH Kabupaten Merauke (TBC)
5. Universitas Musamus, dan
6. Bank Sampah
Baca Juga : Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi Pusat Hingga Daerah Segera Dibentuk
Peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan seputar isu lingkungan terutama tantangan dan peluang sampah kepada narasumber.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada