Merauke - Tidak disangka beberapa mama Papua penjual sagu harus rela tidur di emperan toko Pasar Wamanggu hanya untuk bisa kebagian tempat jual.
Diketahui mereka berasal dari UMKM Sagu Tumang Dusun Tenggoter, Kampung Erambu, Distrik Sota Kabupaten Merauke. Dari kampung harus membayar ongkos bus Rp100.000 per orang dengan kapasitas barang yang diizinkan untuk dimuat sangat terbatas.
Sesampainya di Pasar Wamanggu mereka tidak mendapatkan tempat atau lapak jualan karena sudah ditempati pedagang lain yang ada di kota. Satu-satunya jalan yang diambil adalah harus tidur semalaman di emperan toko Pasar Wamanggu agar keesokan paginya bisa lebih awal memilih tempat jual yang biasanya berjajar sekitar 2 meter di depan toko.
"Kami kendalanya tidak punya rumah singgah untuk bermalam sehingga kami harus inap di depan toko. Ini sudah berjalan lima tahun," ujar Mama Adolvina Majai di Pasar Wamanggu Merauke, Jumat, (14/2/2025).
Yang diharapkan pihaknya adalah perhatian pemerintah terutama rumah singgah sebagai tempat untuk menyimpan sagu di kota. Kemudian rumah produksi, koperasi dan kendaraan roda tiga untuk mengangkut sagu dari dusun ke kampung.
Pendamping UMKM Sagu Tumang, Josefin Iriani mengatakan kendala yang cukup sulit dirasakan selain rumah singgah adalah transportasi. Perlu ada kebijakan agar memudahkan masyarakat membawa hasil bumi untuk dibawa ke kota. Sementara harga sagu per 1 karung ukuran 10 Kg hanya Rp250. 000, lalu biaya pergi pulang Rp 200.000/orang sangat tidak relevan dengan keuntungan yang didapat dan kerja keras untuk menghasilkan sagu.
Baca Juga : Pasar Malam dan Bazar Sangat Membantu Pelaku UMKM Merauke
"Biasanya saya temani mereka sampai jam 10.00 Wit malam di emperan toko baru saya pulang. Besok pagi saya datangi lagi mama-mama," keluh Iriani.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada