Merauke - Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Merauke, Sukarmin kembali keluhkan masalah pupuk subsidi tidak mencukupi kebutuhan petani.
Pada musim tanam kemarin, dikatakan pupuk baru tiba saat padi sudah usia hampir dua bulan tanam. Itupun tidak mencukupi kebutuhan untuk satu hektare, karena pupuk yang didapat secara bertahap tidak sesuai kebutuhan.
"Pemerintah Daerah yang punya kewenangan untuk bagaimana mensuplay pupuk kita minta tepat waktu atau lebih awal sebelum penanaman," ujar Sukarmin (13/9/202) di Merauke.
Dia mencontohkan di lahan 4 hektare miliknya membutuhkan 400 sampai 500 Kg pupuk kimia. Karena persediaan pupuk kimia tidak sesuai kebutuhan alias terbatas, membuat Pak Sukarmin beralih ke pupuk organik eco farming untuk memupuk padi yang tersisa. Ternyata, hasil pemupukan organik jauh lebih bagus dari pupuk kimia.
Namun, tingkat kemahalan pupuk organik eco farming disebut cukup memberatkan petani untuk beralih memakai organik. Perbedaan harganya, untuk pupuk kimia subsidi dengan takaran 500 Kg membutuhkan uang sekitar Rp1.200 ribu paling tinggi. Berbeda dengan harga eco farming, awal pendaftaran sebagai anggota harus keluarkan biaya Rp2.225 ribu untuk mendapatkan 12 ton pupuk, sementara yang dipakai hanya 10 ton untuk satu musim tanam.
"Sekalipun mahal, tapi hasilnya sangat bagus. Tapi saya belum bisa menjamin karena saya baru pertama kali pakai dan kita tidak tahu bagaimana perkembangan ke depan. Kalau lihat yang kemarin, dibandingkan dengan yang memakai pupuk kimia, padi organik jauh lebih subur dan stok organik pun masih sangat banyak," pungkas Ketua KTNA.
Pupuk eco farming adalah pupuk berbahan organik super aktif, mengandung unsur hara lengkap sesuai kebutuhan tanaman, juga dilengkapi dengan microorganisme atau bakteri positif yang akan menjadi biokatalisator (sifat enzim yang dapat mempercepat suatu reaksi tanpa menjalani perubahan sendiri) dalam proses memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Secara analisa usaha tani, pupuk eco farming dibandingkan 500 Kg pupuk kimia, petani tambah biaya sekitar Rp1.550 ribu. "Tapi dari hasil menguntungkan kita, meski di biaya produksi kita tambah, di hasilnya kita masih untung ketimbang pakai pupuk kimia." bebernya.(Get)
0 Komentar
Komentar tidak ada