Berita Utama

Ciptaan Baru Adalah Membawa Damai Sejahtera

Merauke - Dalam bacaan-bacaan Kitab Suci di hari Minggu Biasa XIV berbicara tentang mewartakan Injil. Sabda Tuhan ini mengingatkan umat Kristen bahwa mewartakan kabar baik Kerajaan Allah dengan kata-kata, perbuatan dalam kehidupan bukanlah hanya tugas kaum berjubah saja, sebaliknya tugas semua orang yang telah dibaptis. 

Dalam Injil hari ini, Minggu (3/7/2022), yakni (Luk:10:1-11.17-20) Lukas menggambarkan janji kenabian yang dibuatkan oleh Yesaya, dalam perutusan tujuh puluh murid oleh Yesus untuk memberitakan Injil atau kabar baik tentang kasih dan keselamatan Allah di kota-kota dan desa-desa. Para murid harus menjadi saksi hidup atas penyelenggaraan kasih Allah dengan menjalani kehidupan yang sangat sederhana, memberitakan kabar baik, dan menyembuhkan orang sakit. 

Damai sejati yang menjadi ciri khas ciptaan baru dimulai dari hati dan harus mengalir atau dialirkan ke hati orang lain, dengan demikian dami personal menjadi damai yang global. Penciptaan global inilah yang diperintahkan Yesus, ketika Ia menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua. "Manusia ciptaan baru adalah manusia pembawa Damai yang senantiasa berdoa; Tuhan jadikan aku pembawa Damai di mana ada konflik, perselisihan, salah paham dan perang. Engkau datang dan tinggal bersamaku dalam seluruh hidupku," demikian kutipan tulisan dalam Ruah 2022 yang dituliskan Rm. Damian Bili, O. Carm halaman 18.

Di hari yang sama, RD. Avelinus Moat Simon dalam homili yang disampaikan saat memimpin perayaan Ekaristi di Gereja Kristus Hidup Paroki Sang Penebus Mopah Baru Merauke menyampaikan, Philipus Neri adalah orang suci yang mendapat gelar Rasul Roma. Dikatakan bahwa setelah Roma dihancurkan pada tahun 1527 oleh Jerman, kota tersebut ditinggalkan dalam keruntuhan fisik dan moral. Injil tidak diberitakan, dan terjadi keputusasaan dan dekadensi moral. 

Saat itu, Philipus Neri membaca surat dari St. Fransiskus tentang doa mempertobatkan ribuan orang India. Ketika dia meminta nasihat dari pembimbing Rohaninya, pembimbing memberitahukan Philipus untuk memusatkan perhatian kepada penginjilan kembali orang-orang sekitarnya, dengan mengatakan Roma akan menjadi India bagimu. Ini tugas bagimu. Tugas ini tentu sangat berat bagi satu orang, tetapi dengan mengandalkan pertolongan Tuhan, dengan gembira dia pergi dan menjumpai orang-orang Roma dan mengajak mereka untuk bertobat dan berbuat baik. 

"Tuhan yang sama yang berbicara kepada Philipus Neri melalui pembimbing Rohaninya juga mengatakan kepada kita semua untuk fokuskan perhatian kita pada pengumpulan kembali pada orang-orang di sekitar. Yakni di rumah kita, keluarga, tempat kerja, komunitas dan paroki kita adalah ladang misi kita. Pusat pewartaan kita adalah orang-orang di sekitar kita dan Tuhan menggunakan kita sebagai alat perdamaian dan cinta," ungkap RD. Avelinus. 

Dikatakannya, dalam bacaan I Nabi Yesaya, Tuhan menjanjikan kemakmuran dan kedamaian bagi manusia. Kedamaian adalah hadiah yang harus kita tawarkan kepada semua orang, sebab Damai sejahtera menjadi isi dan kabar baik dari tugas perutusan kita. Lalu bacaan ke II, St. Paulus juga mengingatkan dan menegaskan bahwa kita adalah misionaris dengan mandat/perintah untuk bersaksi tentang kuasa Salib Kristus dan pelayanan kita, sambung Pastor muda yang ditahbiskan Maret 2022 ini. 

Demikian pula, lanjut Avelinus , bahwa dalam Injil, Lukas menggambarkan penugasan kepada puluhan murid untuk memberitakan Injil. "Kita semua pasti mau nama-nama kita tercatat di surga. Apa yang harus kita lakukan? Mari kita lihat apa pesan dan perintah Yesus kepada utusan-Nya." 

Pertama, berdoa. Yesus mengingatkan kepada puluhan murid-Nya berdoa supaya Tuhan mengirimkan pekerja-pekerja ke ladang yang sudah siap dipanen, luas dan banyak tetapi pekerja sedikit. 

Kedua, hidup sederhana. Kita harus datang sebagai orang yang tidak memiliki apa-apa, atau sebagai orang-orang sederhana yang perhatiannya bukan pada materi. Ini berarti bahwa kita harus mampu hidup bersama sesama. Kepercayaan dan penyerahan diri kepada Tuhan harus menjadi jiwa perutusan dan cara hidup kita menjadi Alkitab bagi orang lain. 

Ketiga, siap sedia. Bebaskan diri dari segala hambatan dalam mewartakan kabar baik dalam perjalanan. Sebab seharusnya kita membawa Damai bagi rumah yang kita masuki bukan di jalanan karena di jalan ada banyak gangguan. Sebab amal, pertobatan, dan iman mulai/bertumbuh dalam keluarga maka keluarga sebagai tempat ideal dalam pewartaan. 

"Lalu bagaimana dengan keluarga yang menolak. Sesungguhnya mereka telah menolak Kasih Allah dan berkat dari Tuhan. Dampaknya akan besar pula di kemudian hari," pungkasnya. 

Santa Therisa dari Avila mengatakan, Kristus tidak memiliki tubuh selain tubuh kita. Tidak ada tangan, kaki di bumi selain milik kita. Mata kita adalah mata-Nya yang melihat dunia dengan cinta kasih. Tangan kita adalah tangan yang digunakan Tuhan untuk memberkati dan menyembuhkan. Kaki kita adalah kaki-Nya yang digunakan untuk pergi mewartakan Injil, dan hati kita dipakai-Nya untuk menuntun kita melakukan kebaikan dan kebenaran akan Iman kepada Kristus. 

RD. Avelinus yang memiliki motto imamnya yakni "Gembalakanlah Domba-Domba-Ku" (Yoh.21:15) berharap agar seluruh umat Kristiani senantiasa menjadi alat Tuhan dalam pewartaan kabar baik serta menjadi pelaku iman yang taat dan setia kapada Allah dengan mengajak dan memberi contoh bagi sesama untuk bertobat.(Get)